DEPRESIASI
Metode yang paling mudah dan paling sering digunakan untuk menghitung
penyusutan adalah metode penyusutan garis lurus (straight-line
depreciation). Tapi selain itu, ada pula metode penghitungan lain yang
bisa juga digunakan, seperti metode penyusutan dipercepat, penyusutan
jumlah angka tahun, dan saldo menurun ganda.
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan
waktu dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah
pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh
waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan
keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang
berpengaruh terhadap pajak pendapatan. Properti yang dapat didepresiasi
harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih lama dari setahun.
3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/
kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.
Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi:
- nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti
personal (personal property) seperti mesin-mesin, kendaraan, peralatan,
furnitur dan item-item yang sejenis; dan properti riil (real property)
seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau
berdiri di atas tanah tersebut.
- tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta, paten atau franchise.
Depresiasi merupakan komponen penting dalam analisis ekonomi teknik, karena:
1. Dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu.
2. Dapat dipergunakan untuk mengalokasikan depresiasi (accounting
depreciation) nilai asset tersebut. Pengalokasian tersebut dipergunakan
untuk menjamin bahwa asset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh
kembali setelah masa layannya selesai.
3. Dengan depresiasi dapat dipergunakan untuk pengurangan pengenaan
pajak dengan jalan bahwa asset yang diinvestasikan diperhitungkan
sebagai biaya produksi, sehingga hal ini berkaitan dengan pajak.
ISTILAH DALAM DEPRESIASI
Beberapa istilah yang sering dipergunakan didalam depresiasi, adalah:
1. Depresiasi adalah penurunan nilai dari suatu asset. Jumlah depresiasiDt selalu dihitung tahunan.
2. Biaya Awal(First Cost atau Unadjusted Basis) adalah biaya pemasangan
dari asset termasuk biaya pembelian, pengiriman dan fee pemasangan, dan
biaya langsung lainnya yang dapat dideprisiasikan termasuk persiapan
asset untuk digunakan. Istilah unadjusted basis atau simple basis, serta
simbul B dipergunakan ketika asset masih dalam keadaan baru.
3. Nilai Buku(Book Value) menggambarkan sisa, investasi yang belum
terdepresiasi pada buku setelah dikurangi jumlah total biaya depresiasi
pada waktu itu. Nilai buku BVt selalu ditentukan pada akhir tahun.
4. Periode Pengembalian(Recovery Period) umur depresiasi, n, dari asset dalam tahun untuk tujuan depresiasi.
5. Nilai Pasar(Market Value) Perkiraan nilai asset yang realistis jika asset tersebut dijual pada pasar bebas.
6. Tingkat Depresiasi (Depreciation Rate atau Recovery Rate) adalah
fraksi dari biaya awal yang diambil dengan depresiasi setiap tahun.
Tingkat ini adalah dt, mungkin sama setiap tahun yang sering disebut
dengan straight-line rate atau berbeda setiap tahun pada periode
pengembaliannya.
7. Nilai Sisa (Salvage Value) Perkiraan nilai jual atau nilai pasar pada akhir masa pakai dari asset tersebut. Nilai sisa SV.
METODE PERHITUNGAN DEPRESIASI
Metode penghitungan depresiasi ada 4 :
1.Metode Garis Lurus
2.Metode Unit Produksi
3.Metode Saldo Menurun Ganda
4.Metode Jumlah Angka Tahun
METODE GARIS LURUS
Dalam metode garis lurus maka nilai terdepresi / nilai yang
didepresiasikan dari sebuah aktiva dibagi rata sepanjang taksiran umur
manfaat aktiva tersebut.
Depresiasi=( Nilai Aktiva – Residu ) / Taksiran Umur Manfaat
Contoh :
Namun bagi anda yang ingin menghitung penyusutan harta yang telah berjalan (pembelian terdahulu), caranya adalah sbb :
1. Hitung terlebih dahulu besarnya penyusutan per bulan
2. Kalikan nilai penyusutan per bulan dg banyaknya bulan yg sudah berjalan, sehingga didapat akumulasi penyusutannya
Contoh kasus :
Pd tanggal 1 Januari 2012 telah dibeli kendaraan senilai 100jt,
perusahaan telah menentukan umur ekonomis adalah 5 tahun dengan nilai
residu 1jt, hitunglah akumulasi penyusutan kendaraan sampai dengan bulan
April 2012.
Jawabannya adalah sebagai berikut :
1. Hitung penyusutan per bulan terlebih dahulu
= 100jt – 1jt : (5×12)
= 99jt : 60 bulan
= 1.650.000
2. Hitung akumulasi penyusutan dari bulan Januari – April 2012 (4 bulan)
= 1.650.000 x 4
= 6.600.000
METODE UNIT PRODUKSI
Dalam metode ini nilai depresiasi tergantung kepada banyaknya produksi
yang sudah dihasilkan oleh aktiva tersebut ( biasanya berupa mesin
produksi ). Semakin banyak produksi yang dihasilkan oleh mesin tersebut
maka akan semakin banyak pula depresiasinya.
Depresiasi =( Produksi yang dihasilkan / Taksiran Kemampuan Berproduksi ) x Nilai Terdepresi
Contoh :
Contoh :
Sebuah mesin pabrik mempunyai harga perolehan sebesar Rp 55.000.000,00
diperkirakan mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa
sebesar Rp 5.000.000,00 serta diperkirakan dapat menghasilkan unit
produksi selama 5 tahun sebagai berikut :
Tahun Ke-1 = 15.000 unit
Tahun Ke-2 = 12.500 unit
Tahun Ke-3 = 10.000 unit
Tahun Ke-4 = 7.500 unit
Tahun Ke-5 = 5.000 unit
Maka besarnya penyusutan adalah :
Penyusutan per unit = (Rp.55.000.000,00 – Rp. 5.000.000,00)/50.000
= Rp. 1.000
Penyusutan per tahun :
Tahun Unit Produksi Tarif Penyusutan
1 15.000 Rp 1.000,00 Rp 15.000.000,00
2 12.500 Rp 1.000,00 Rp 12.500.000,00
3 10.000 Rp 1.000,00 Rp 10.000.000,00
4 7.500 Rp 1.000,00 Rp 7.500.000,00
5 5.000 Rp 1.000,00 Rp 5.000.000,00
METODE SALDO MENURUN GANDA
Metode ini tidak memperhitungkan adanya nilai sisa / residu. Depresiasi
tiap periode menggunakan prosentasi yang sama akan tetapi menghasilkan
nilai yang berbeda karena nilai depresiasi pertama mengurangi nilai
aktiva pada periode kedua dan seterusnya. Artinya nilai aktiva setiap
periode selalu berbeda karena nilai aktiva menurun.
Prosentasi Depresiasi =( 100% / taksiran umur manfaat )x2
Depresiasi Periode 1= Prosentase Depresiasi xNilai Aktiva Periode 1
DEpresiasi Periode 2 =Prosentase Depresiasi x Nilai Aktiva Periode2.
Dimana nilai aktiva periode 2 adalah nilai aktiva awal dikurangi nilai
depresiasi periode 1.
Contoh :
Tingkat penyusutan per tahun :
Tingkat penyusutan metode saldo menurun ganda
= tingkat penyusutan metode garis lurus X 2
= (1/4) X 2
= 25% X 2
= 50%
Untuk tahun pertama, biaya penyusutan diperoleh dengan menghitung biaya
perolehan aset tetap dikalikan dengan tingkat penyusutan saldo menurun
ganda. Contoh biaya penyusutan tahun pertama adalah sebesar Rp 10 juta
dikalikan 50%, atau sebesar Rp 5 juta.
Setelah tahun pertama, biaya penyusutan per tahun diperoleh dengan
menghitung nilai buku aset tetap, yaitu biaya perolehan aset tetap
dikurangi akumulasi penyusutan tahun bersangkutan, untuk kemudian
dikalikan dengan tingkat penyusutan saldo menurun ganda. Contoh biaya
penyusutan tahun kedua adalah sebesar (Rp 10 juta – Rp 5 juta) dikalikan
50%, atau sebesar Rp 5 juta dikalikan 50% atau sama dengan Rp 2,5 juta.
Thn Biaya Perolehan Akumulasi Penyusutan pada Awal Tahun Nilai Buku
pada Awal Tahun Tingkat Saldo Menurun Ganda Penyusutan Nilai Buku pada
Akhir Tahun
1 10.000.000 0 10.000.000 50% 5.000.000 5.000.000
2 10.000.000 5.000.000 5.000.000 50% 2.500.000 2.500.000
3 10.000.000 7.500.000 2.500.000 50% 1.250.000 1.250.000
4 10.000.000 8.750.000 1.250.000 - 250.000 1.000.000
METODE JUMLAH ANGKA TAHUN
Dalam metode ini depresiasi pada periode pertama jumlahnya paling besar
dan dan pada periode terakhir depresiasinya paling kecil. Jadi
depresiasi setiap periode berkurang sesuai dengan jumlah angka tahun
taksiran umur manfaatnya. Jika taksiran umur manfaat n tahun maka cara
menghitungnya adalah
S = n(n+1)/2
Depresiasi tahun 1 =( n / S ) x Nilai Terdepresi
Depresiasi tahun 2=( ( n-1 )/ S ) x Nilai Terdepresi
Depresiasi tahun 3=( ( n-2 ) / S ) x Nilai Terdepresi
Seterusnya sampai habis taksiran umur manfaatnya.
Contoh :
Sebuah kendaraan dengan harga perolehan Rp 3.200.000,00. Umur ekonomis 5
tahun dan nilai residu ditaksir Rp 8.000.000,00. Berapakan penyusutan
periodik dengan menggunakan metode jumlah angja tahun.
Angka Tahunan Tarif Penyusutan Harga Perolehan Beban Peny.Periodik Akumulsi Penyusutan Nilai Buku
1 5
15 Rp 32.000.000 Rp 8.000.000 Rp 8.000.000 Rp 24.000.000
2 4
15 Rp 32.000.000 Rp 6.400.000 Rp 14.400.000 Rp 17.600.000
3 3
15 Rp 32.000.000 Rp 4.800.000 Rp 19.000.000 Rp 12.800.000
4 2
15 Rp 32.000.000 Rp 3.200.000 Rp 22.400.000 Rp 9.600.000
5 1
15 Rp 32.000.000 Rp 1.600.000 Rp 24.000.000 Rp 8.000.000
Penjelasan:
a. Tarif penyusutan :
- Pembilang menggunakan angka tahun dimulai tahun yang terakhir/ terbesar, ke tahun terkecil
- Penyebut adalah jumlah angka-angka tahun (1+2+3+4+5) = 15
b.Beban penyusutan = Tarif penyusutan x (Harga Perolehan – Nilai Sisa)
c. Nilai Buku = Harga Perolehan – Nilai Sisa
= Rp 32.000.000 – Rp 8.000.000
= Rp 24.000.000
d.Beban penyusutan
Tahun I = 5 x Rp 24.000.000 = Rp 8.000.000
15
Tahun II = 4 x Rp 24.000.000 = Rp 6.400.000
15
DEPLESI
Deplesi merupakan istilah lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi
digunakan khusus untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,
misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya.
Deplesi dihitung dengan tarif deplesi yang diperoleh dari Beban yang
dikeluarkan untuk mendapatkan hak penambangan dibagi estimasi hasil yang
akan diperoleh.
Ilustrasi 1 :
PT Andalan Tambang memperoleh hak penambangan sebesar Rp.
500.000.000.000,- Estimasi hasil yang terkandung didalamnya sebesar
1.000.000 ton bahan tambang. Tahun pertama berhasil ditambang sebesar
26.500 ton, maka Jurnal Deplesi yang dilakukan akhir tahun pertama
adalah :
D : Beban Deplesi=== Rp. 13.250.000.000,-
K : Akumulasi Deplesi====== Rp. 13.250.000.000,-
Keterangan:
Besarnya deplesi tergantung pada jumlah ton yang berhasil ditambang.
Ilustrasi 2 :
Pada tanggal 5 Januari 20 A PT Perkasa membeli tanah yang mengandung
bijih besi seharga Rp. 100 milyar. Estimasi nilai sisa tanah seharga Rp.
20 milyar. Hasil survey geologi pada saat pembelian terdapat 2 juta
bijih besi yang dapat diambil. Pada tahun 20A dikeluarkan biaya untuk
pembuatan jalan dan proses pengeluaran bijih besi sejumlah Rp. 750 juta.
Pada tahun 20A, 50.000 ton telah ditambang. Survey baru dilakukan pada
akhir tahun 20B dan diperkirakan ada 3 juta ton bijih besi yang
terkandung didalam tambang. Pada tahun 20B, 125.000 ton bijih besi
berhasil ditambang.
Instruksi:
Hitunglah beban deplesi tahun 20A dan 20B
Solusi :
Beban Deplesi tahun 20A :
Harga sumber daya -nilai sisa Rp. 80.000.000.000,-
Perbaikan lahan jalan…………Rp 750.000.000,-
Jumlah…………………………….Rp.80.750.000.000,-
Estimasi bijih besi dalam ton = 2.000.000 ton
Biaya deplesi per ton Rp. 40.375,-
Beban Deplesi Tahun 20A =
* 50.000 ton x Rp. 40.375 = Rp. 2.018.750.000,-
Beban Deplesi tahun 20B :
Harga sumber daya (neto) Rp. 80.750.000.000,-
Beban Deplesi tahun 20A… Rp. 2.018.750.000,-
Sisa pada awal tahun 20A…Rp. 78.731.250.000,-
Sisa bijih besi setelah survey ( ton) = 3.125.000 ton
( 3.000.000 + 125.000)
Biaya Deplesi per ton Rp. 25.194,-
Biaya deplesi tahun 20B =
* 125.000 ton x Rp. 25.194,- = Rp. 3.149.250.000,-
Sumber :
http://blogtiara.wordpress.com/2011/03/28/depresiasi/
http://dendyfreddy.wordpress.com/2011/02/01/perhitungan-penyusutan-metode-garis-lurus/
http://anugrahmarina.blogspot.com/2012/10/metode-satuan-hasil-produksi.html
http://anugrahmarina.blogspot.com/2012/10/menghitung-penyusutan-metode-jumlah.html
http://solusiakun.blogspot.com/2009/11/d-e-p-l-e-s-i-deplesi-merupakan-istilah_10.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar