Honda GL-Pro Neotech 2007
MotoBike - Ngikutin aslinya, model Honda GL-Pro Neotech memang udah ‘mati
gaya’ untuk didandanin. Maklum desain motor kategori bisnis tersebut sudah
ketinggalan zaman. Itu sebabnya, Pranajaya sang pemilik mengubah motor sesuai
tren terkini, Japstyle. Proses rombakannya dipercaya kepada Apoy dari Henri
Motorsport di Komp. Dewaruci, Jl. Dukuh, Blok X, Semper Barat, Jakut.
Pertama-tama kaki depan diurus duluan supaya setang enggak mentok ke tangki. Maklum batang setang, segitiga plus sokbrekernya nyomot dari Yamaha Byson yang lebih kekar. Setelah itu tangki dan cover aki ambil dari sodara tua Honda GL-Pro Neotech, CB100. “Kaki depan dipasang duluan ditambah penahan segitiga di sasis supaya setang enggak mentok di tangki. Soalnya segitiga Byson lebar, kalau di gang motor enggak bisa sekali putar balik, mesti maju mundur dulu,” ulas Apoy yang punya nama asli Henri ini.
Untuk mengentalkan nuansa Japstyle, sasis belakang disunat pas di bagian ‘H’. Sasis lalu dilas pakai behel melengkung. Kelar, garpu diselip sepatbor depan hand made dan sementara belakangnya pakai Yamaha DT. “Yang masih asli dari motor ini yaitu girboks, sasis, swing arm, teromol belakang dan depan. Head sama silinder pakai Tiger,” terang lajang kelahiran Bangka, 1982 ini.
Nah, itu rombakan utama. Kesan tuwir ala Japstyle pastinya enggak keluar tanpa didukung pernik yang pas. Itu sebabnya lampu depan ia pasang Yamaha YB100 dengan reflektor dari mobil Suzuki Jimny. Dudukannya pakai braket punya Yamaha RX-King keluaran akhir. Oya, panel indikator pakai CB125 melekat di antara dua spion Honda Scoopy.
Di belakang, lampu rem aksesori ala CB namun dengan ukuran mini. “Jok asli dipotong supaya nyamain panjang bodi yang dipotong juga,” ungkap Apoy yang pernah kerja di Siloman Motor, bengkel yang aktif di road race awal 2000-an.
Pertama-tama kaki depan diurus duluan supaya setang enggak mentok ke tangki. Maklum batang setang, segitiga plus sokbrekernya nyomot dari Yamaha Byson yang lebih kekar. Setelah itu tangki dan cover aki ambil dari sodara tua Honda GL-Pro Neotech, CB100. “Kaki depan dipasang duluan ditambah penahan segitiga di sasis supaya setang enggak mentok di tangki. Soalnya segitiga Byson lebar, kalau di gang motor enggak bisa sekali putar balik, mesti maju mundur dulu,” ulas Apoy yang punya nama asli Henri ini.
Untuk mengentalkan nuansa Japstyle, sasis belakang disunat pas di bagian ‘H’. Sasis lalu dilas pakai behel melengkung. Kelar, garpu diselip sepatbor depan hand made dan sementara belakangnya pakai Yamaha DT. “Yang masih asli dari motor ini yaitu girboks, sasis, swing arm, teromol belakang dan depan. Head sama silinder pakai Tiger,” terang lajang kelahiran Bangka, 1982 ini.
Nah, itu rombakan utama. Kesan tuwir ala Japstyle pastinya enggak keluar tanpa didukung pernik yang pas. Itu sebabnya lampu depan ia pasang Yamaha YB100 dengan reflektor dari mobil Suzuki Jimny. Dudukannya pakai braket punya Yamaha RX-King keluaran akhir. Oya, panel indikator pakai CB125 melekat di antara dua spion Honda Scoopy.
Di belakang, lampu rem aksesori ala CB namun dengan ukuran mini. “Jok asli dipotong supaya nyamain panjang bodi yang dipotong juga,” ungkap Apoy yang pernah kerja di Siloman Motor, bengkel yang aktif di road race awal 2000-an.
Nah,
urusan kaki-kaki belum selesai sebelum motor dibekali pelek kekar dari TK.
Ukurannya 300-18 di depan dan 350-18 di belakang. Pelek lantas dililit Deli
Tire 100/80-18 di depan dan 120/80-18 di belakang. Roda bergerak dengan redaman
YSS Z-Series untuk Honda Tiger di belakang. Penggeraknya sendiri gear set TK
dengan ukuran 14-16.
Hanya saja, ada satu hal yang agak bikin mata agak terganggu. Apalagi kalau bukan knalpot Tiger yang rasa-rasanya kurang nyambung sama Japstyle. Bagusnya Apoy menyadari soal satu ini. “Iya, pakai knalpot CB, biar asli tapi terlalu kecil. Akhirnya pakai Tiger yang lebih gemuk biar keliatan bobber,” tutur Apoy sambil nunjukin knalpot asli CB.
Hanya saja, ada satu hal yang agak bikin mata agak terganggu. Apalagi kalau bukan knalpot Tiger yang rasa-rasanya kurang nyambung sama Japstyle. Bagusnya Apoy menyadari soal satu ini. “Iya, pakai knalpot CB, biar asli tapi terlalu kecil. Akhirnya pakai Tiger yang lebih gemuk biar keliatan bobber,” tutur Apoy sambil nunjukin knalpot asli CB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar